TEMBANG SUFI MANTIQUT THOIR-9 SAHABAT SEJATI

Moh Badrih BAKAK UNISMA
Moh Badrih BAKAK UNISMA

Tiada sesuatu yang paling indah dalam membangun tali agama kecuali menyambung dan memperkuat tali persaudaraan. Dengan membangun tali persaudaraan, kita dapat memperluas jaringan sekaligus dapat membuka pintu rezeki. Demikian Islam mangajarkan kita agar tidak mumutus tali persaudaraan, sebaliknya Islam mengajarkan agar kita senantisa manjadikan persaudaraan dan persahabatan sebagai untaian melati yang saling mengharumkan satu dengan yang lain.

Anjuran tali persaudaraan ini diilustrasi dalam sajak Mantiqu’t Thoir oleh Syekh Faridu’d-Din Attar. Salah satu ilustrasi tersebut ialah menjadikan saudara sebagai seorang sahabat. Lantas bagaimana apabila sahabat tersebut telah diada. Apakah kita harus merenung ataukah harus memikirkannya secara terus-menerus. Dalam hal ini Syekh Faridu’d-Din memberikan ulasan untuk mencari seorang sahabat yang tak pernah meinggalkan kita dan seorang sahabat yang tak pernah mati. Tidak ada seperti itu kecuali menjadikan Tuhan kita sebagai sahabat yang terus kita sebut nama-Nya siang dan malam.

Sebagai bentuk dari representasi sifat-sifat Rahman dan Rahimnya Allah kepada kita. Kita dapat merasakan bagaimana agama dan orang lain mengajarkan cara persaudaraan dan persahabatan kepada kita. Semuanya diwujudkan dalam bentuk nilai yang dapat kita rasakan dari orang-orang yagn ada di sekitar kita.

Islam datang dengan angin penyejuk jiwa, kebedaannya adalah telaga untuk menyembuhkan dahaga moral dan nilai banyak orang. Tidak ada satupun yang dapat menafik keberadaanya karena di dalamnya pesan-pesan moral seperti ombak yang terus menyapa pantai dan tidak pernah berhenti baik di waktu siang ataupun malam. Apabila nilai persahabatan itu dilihat dari prinsip tolong menolong dan saling membantu satu dengan yang lain. Maka, dalam Islam kita dianjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. “Saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa dan jangan saling tolong menolong dalam pelanggaran dan dosa” (QS. 5:2).

Oleh karena itu, Islam selalu mengajarkan bahwa indahnya persahabatan harus tetap dijalin dan jangan sampai terputus karena kesalahpahaman. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Ya Rasulullah seperti apakah teman yang baik itu?” kemudian Rasulullah menjawab, “Dialah yang sering membantumu untuk mengingat Allah, dan sering menasehatimu ketika engkau melupakan Allah”. Begitu indahnya untaian sabda Rasulullah yang selalu memberikan titik tumpu aktivitas termasuk menjalin persaudaraan dan persahabatan karena Allah.

Seiring dengan bejalannya waktu, sering kali kita melakukan kehilafan dan kesalahan sehingga hubungan persaudaraan sesama kita renggang bahkan terkadang terputus tanpa alasan yang tepat. Dalam hal ini seorang sufi yang amat bijak mengatakan “Jauhilah persahabatan sebelum saling memahami satu dengan yang lain, dan janganlah memutuskan tali persahabatan karena salah paham karena kedaan yang salit sering kali menjadi ujian dalam persahabatan.”

Memang sasama sahabat tidak akan tahu kondisi hatinya masing-masing. Apalagi sampai seratus persen. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam persahabatan berhentilah memiliki pikiran negatif terhadap sesama sahabat karena hal itu dapat menjadi sumber api yang membakar persaudaraan dan persahabatan. Maka, konsep sejati persahabatan bukanlah siapa yang lebih dulu mengenal dan yang lebih lama mengenal, melainkan siapa yang telah datang dan tak pernah meninggalkannya.

Indahnya nilai-nilai keislaman dalam mengatur persahabatan antar umat manusia, sehingga dengan keberadaannya, Islam dapat diterima oleh semua pihak dan golongan. Tak ada strata dalam Islam, termasuk Si Kaya dan Si Miskin. Melainkan siapa yang paling bertakwa di antara kita. Ketika Saiyidina Bilal masih menjadi budak Umayah dia selalu mendapat perlakuan yang tidak adil bahkan hamper setiap hari disiksa. Namun setelah dimerdekakan oleh Abu Bakar as-Siddiq dan Bilal masuk golongan sahabat nabi, beliau duduk berjajar bersama Abu Bakar bahkan Bersama Nabi.

Nilai-Nilai persahabatan yang telah kita bangun sebaiknya jangan sampai terputus oleh apapun. Seorang sahabat adalah teman saat orang lain telah melupakan kita. Sahabat adalah lintera saat gelap mulai menyelimuti waktu. Saiyidina Ali pernah berkata “Berilah kesempatan kepada ribuan musuhmu untuk menjadi temanmu, tetapi jangan beri kesempatan satupun kepada teman dan sahabatmu untuk menjadi musuhmu.”  Hal yang sangat menginpirasi kita, saat kita sedang mengukir sejarah untuk masa yang akan datang, jangan sampai mengukir sesuatu yang kelam.

Seorang sahabat adalah orang yang selalu datang dan ada di setiap waktu. Dia tidak pernah beranjak dari angan apalagi meninggalkan kita. Lantas bagaimanakah sahabat sejati itu. Ibnu Hazm berkata “Seorang sahabat sejati adalah orang yang selalu memberikan maskukan dan kritik terhadap dirimu karena dia sangat peduli sementara orang yang selalu memujimu adalah orang yang sama sekali tidak peduli terhadap dirimu.”

Persahabatan adalah proses dimana pengorbatan untuk kebaikan tak pernah dihitung dengan angka apalagi estetika matematika. Persahabatan tak pernah ada ujung, karena perhabatan sebuah perjalanan Panjang menuju keabadian hubungan. Wallahu a’lam.

Moh. Badrih
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA
Aktivis Remaja Masjid Kota Malang
Pengurus Ponpes Tahfidz Al Madani Malang.

Artikel yang Direkomendasikan