Hidup dengan Protokol

Istilah protokol biasa kita dengar akhir-akhir ini. Bermula dari protokol pemerintah untuk Covid-19. Hamper enam protokol diedarkan ketika pandemic covid-19 tiba juga di Indonesia.
Dulu mungkin kita hanya mendengar kata protokol ketika sebuah instansi akan didatangi oleh pejabat Negara seperti Presiden, Wakil Presiden, Menteri, anggota DPR dan sebagainya. Berbagai aturan ketat disampaikan sebelum kedatangan tamu penting tersebut. Setelah acara selesai maka protokol itupun lenyap dan kehidupan kembali seperti sediakalanya.

Pun juga saat ini, ketika covid-19 atau virus corona menyebar begitu cepat di dunia ini, berbagai protokol kehidupan bermunculan. Setiap instansi mengeluarkan protokolnya masing-masing, tidak ketinggalan kampus dan lembaga pendidikan lainnya mengeluarkan protokol tersebut. Perang protokol dengan berbagai media baik lisan maupun tulis dalam bentuk poster mewarnai protokol tersebut.

Seakan-akan protokol menjadi branding tersendiri bagi sebuah instansi.

Seakan-akan instansi tertentu akan ketinggalan zaman jika tidak mengeluarkan protokol. Hebatnya, protokol yang dikeluarkan tidak hanya satu, tapi lebih dari satu bahkan bisa mencapai lebih dari hitungan angka tujuh. Betapa banyak protokol, mana yang akan diikuti, semuanya dalam rangka mencegah penyebaran covid-19.

Dari semua protokol yang ada, secara umum disimpulkan sebagai berikut; cuci tangan dengan hand sanitizer atau sabun sesering mungkin, hindari kontak fisik atur minimal 1-2 meter, jika dalam kondisi batuk, flu, atau sesak nafas segera menghubungi satuan tugas, dan yang terbaru mereka yang bekerja diluar rumah begitu sampai rumah kembali baju yang dipakainya langsung dicuci, tidak menyentuh apapun, dan seketika langsung mandi. Begitu ketat dan dengan mudah dipatuhi, semata-mata agar tidak kena covid-19.

Siapakah covid-19 ini yang begitu mudahnya mengendalikan kehidupan manusia modern saat ini. seorang rosul dizaman dahulu untuk merubah keyakinan dan akhlak kaum begitu berat ujian dan cobaan yang dihadapi. Tidak mudah merubah gaya hidup suatu kaum yang sudah turun menurun. Tapi ini covid-19 begitu dahsat Allah mengutus makhluknya untuk merubah gaya hidup seseorang. Tidak hanya gaya hidup bersih tapi gaya hidup secara keseluruhan. Kehidupan social kemasyarakatan, keagamaan dan sebagainya.

Semua berubah hanya dalam hitungan waktu. Lock down, social distancing, physical distancing, seperti kata sakti yang difatwakan oleh covid-19 untuk merubah tatanan masyarakat yang ada.

Jika kita ingat Firman Allah SWT dalam QS Ali Imran ayat 190-191 yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Sungguh tidak ada yang sia-sia dari apa yang Allah ciptakan saat ini berupa covid-19. Mereka yang selama ini mungkin lalai dari mengingat Allah serentak semuanya bergerak untuk mengingatkan mereka. Jika selama kita semua mengangap biasa kebersihan yang ada, semuanya bergerak untuk menjaga kebersihan yang ada.

Covid-19 seakan ingin menyampaikan dengan ditutupnya tempat-tempat ibadah untuk menyatakan bahwa Allah tidak berada di masjid atau tempat ibadah manapun tetapi paling hakiki berada di hati kita masing-masing.

Ini mungkin yang ingin disampaikan oleh Allah SWT melalui covid-19. Tentu ini bukanlah satu-satunya tafsir dari apa kehidupan saat ini. Bisa jadi tulisan yang dibuat ini juga keliru. Penulis ingin mengajak jangan sampai protokol yang ada ini hanya sebatas ketika covid-19 ini ada, selepai pandemic ini selesai berbagai protokol yang positef dapat terus kita dilanjutkan sehingga tatanan yang bagus dari upaya protokol dapat dilanjutkan dengan baik. Wallahuaklam bissawab.

*) Penulis, Muhammad Yunus. Dosen FKIP Universitas Islam Malang. Pengurus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur.

Tulisan pernah dimuat di media online timesIndonesia edisi Selasa, 24 Maret 2020.