Mengambil hikmah dari kehidupan semut, hewan kecil yang mempunyai nyali dan kesemangatan yang tinggi untuk mengarungi kehidupan dimasa datang. Ini diceritakan ketika nabi daud dan anaknya (Nabi Sulaiman) yang sedang berjalan-jalan disekitar istana. Setelah sudah letih nabi daud dan anaknya duduk dibawah pohon yang rindang. Si anak nabi Daud melihat semut yang sedang membawa daun untuk dimasukkan disarangnya. Dan bertanya kepada nabi daud “untuk apa sebenarnya daun-daun yang dibawa oleh semut itu? Dijawab oleh nabi daud” anakku bahwa daun itu makanannya semut dan semut-semut itu mengumpulkan daun untuk persediaan ketika nanti ada musim paceklik.

Cerita ini memberikan satu gambaran kepada kita semua bahwa harus bisa mengatur perekonomian yang ada pada diri ini,agar ketika ada masa yang sulit ekonomi masih mempunyai persediaan dalam mengarungi hidup dimasa sulit. Apalagi kita tahu dimasa pandemic covid-19 sangat banyak orang kesulitan secara ekonomi,karena tidak mempunyai tabungan persediaan uang atau makanan untuk kebutuhan dimasa sekarang.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dilanjutkan oleh nabi Daud untuk memberikan pelajaran pada anaknya. Lihatlah itu anakku  mereka begitu kecil tapi sanggup mengangkat daun yang begitu besar, bahkan jauh lebih besar dari tubuh mereka sendiri. Ternyata semut tidak selemah yang aku kira selama ini.” Sambung anaknya. Dia tampak begitu heran dan kagum dengan pemandangan yang sedang dilihatnya.

“Engkau tahu berapa lama mereka akan mengangkat makanan-makanan  itu?” tanya nabi daud.

“Entah ayah, mungkin sampai nanti sore”. Jawab anaknya.

“Tidak nak, tidak seperti itu. Mereka akan terus bekerja mengumpulkan makanan hingga musim dingin tiba. Lihatlah bagaimana mereka bekerja! Mereka seakan tidak pernah lelah. Tidak ada yang diam, tidak ada yang tampak sedang asik bersantai bukan?” sambung nabi daud.

“Ya, ayah benar. Mereka semua bekerja! Tapi Ayah, mungkinkah karena mereka takut akan dihukum jika tidak bekerja? mungkin ada yang sedang mengawasi mereka bekerja.” anaknya mencoba mengajukan argumennya.

“Tidak, tidak ada yang mengawasi, semut bukan budak dari siapapun. Semut hanya memiliki seorang ratu yang bertugas melahirkan para semut, sedangkan sebagian besar semut adalah jenis pekerja dan sisanya adalah semut prajurit yang bertugas menjaga koloni dan ratu mereka. Tapi tidak untuk mengontrol para pekerja.” Jawab Nabi Daud.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pelajaran yang bisa kita petik dalam kisah ini setidaknya ada tiga hal: Pertama, semut mempunyai kekuatan yang luar biasa. Sering  kita melihat semut sanggup mengangkat beban yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Tapi banyak manusia  mengangkat beban sedikit saja sudah langsung mengeluh. Begitu juga banyak manusia yang mendapatkan ujian hidup sering mengeluh dan protes kepada Allah swt . Seharusnya bagi manusia yang imannya kuat kepada Allah swt pasti akan selalu positif tingking dan selalu berusaha semaksimal mungkin dalam menghadapi ujian hidup.

Kedua, Semut memiliki sikap saling tolong menolong. Bisa kita lihat semut ketika makanan yang hendak diangkut terlalu berat. Mereka akan mengangkatnya bersama-sama. Sudahkah kita memiliki kepedulian dan mau membantu meringankan beban saudara-saudara kita? Atau kita masih berpangku tangan dan pura-pura tidak melihat mereka yang tengah menangis meminta pertolongan? Kita manusia bukan diciptakan untuk hidup sendirian. Kita selalu diingatkan untuk saling tolong menolong. Seperti firman Allah swt dalam Al Quran yang artinya Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).

Ketiga, Semut mampu melihat peluang. Betapa cepatnya semut hadir ketika dia mengetahui ada peluang untuk mendapatkan makanan atau ada sesuatu yang mengandung gula. Semut akan segera datang tanpa ada komando dari siapapun. Semut tidak akan melewatkan kesempatan emas ketika ada sesuatu yang bisa dia peroleh. Manusia harus belajar seperti semut yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Ada banyak orang yang mundur ketika melihat bahwa kesempatan yang terbentang itu membutuhkan pengorbanan, dan akibatnya mereka akan melewatkan peluang dan kehilangan kesempatan. Jangan pernah kita kehilangan kesempatan yang diberikan oleh Allah swt. Kesempatan untuk mendapatkan rahmat dan maghfiroh dari Allah di bulan puasa ini jangan disiasiakan. Lakukan semaksimal mungkin untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt agar kita tidak kehilangan kesempatan dari keistimewaan  Bulan Ramadhan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Imam Safi’i, S.Pdi, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Kabag Keagamaan Universitas Islam Malang (UNISMA)

Artikel yang Direkomendasikan